Senin, 31 Maret 2014

MAKALAH TENTANG STUDI KELAYAKAN BISNIS


MAKALAH TENTANG STUDI KELAYAKAN BISNIS

PENDAHULUAN
Dunia fashion adalah dunia yang tidak pernah mati, selalu berubah dan memiliki trend-nya sendiri. Dari zaman dulu hingga sekarang, orang tidak pernah bosan mengikuti perkembangan fashion. Perempuan, sebagai pengguna dan pecinta fashion terbesar, cenderung memiliki anggapan bahwa fashion dapat menunjukan identitas diri, style, dan menambah kepercayaan diri. Anggapan itulah yang senantiasa membuat usaha fashion selalu menjanjikan. Fenomena tersebut dapat kita lihat di berbagai pusat perbelanjaan fashion yang tidak pernah sepi pengunjung dan pembeli.
Persaingan dunia fashion yang terbilang ketat, menuntut produsen/penjual pakaian dan pelengkap busana untuk terus membuat/menjual produk yang dapat menarik minat pembeli. Saat ini, fashion bukan hanya produk yang mengandalkan konsep kebutuhan konsumen saja, melainkan juga harus dapat memenuhi keinginan dan permintaan konsumen.
Satu-dua tahun belakangan ini, salah satu jenis fashion yang kembali diminati oleh konsumen adalah fashion bergaya etnis. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang menggemari batik, bukan hanya sebagai pakaian resmi melainkan pakaian untuk santai dan bergaya. Selain itu muncul pula corak-corak bernuansa tradisional dalam beberapa jenis pelengkap busana seperti tas, sepatu, dan kerudung.
Fenomena itulah yang menarik minat penulis untuk mengembangkan usaha fashion (pakaian, sepatu, dan tas) yang bernuansa etnis. Diharapkan dengan dibukanya usaha ini, masyarakat dapat menemukan pakaian dan aksesoris bergaya etnis dengan model yang menarik dan tidak ketinggalan zaman.
Banyak perusahaan-perusahaan nasional yang keder menghadapi saingan-saingannya dari perusahaan multinasional. Ketakutan tersebut memang berdasar. Perusahaan-perusahaan multinasional sering datang dengan strategi yang sudah terasah belasan atau puluhan tahun, reputasi bagus yang sulit untuk ditaklukkan, dan SDM dan sistem perusahaan berkelas dunia. Ketakutan tersebut memang perlu untuk menjaga kewaspadaan, tetapi ketakutan tersebut tidak perlu berlebihan juga. Memang benar, raksasa-raksasa multinasional tersebut memiliki hampir semua sumber daya yang didambakan perusahaan lokal. Namun sering mereka tidak mampu menggunakan keunggulan mereka secara maksimal di lingkungan negara-negara berkembang.
Sebut saja efisiensi logistik. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang lalu lintasnya masih tidak karuan dengan infrastruktur yang sering di bawah standar, sistem informasi logistik yang mampu memprediksi tibanya kiriman dalam hitungan menit tidak bisa diterapkan di sini. Ini belum termasuk kondisi daerah pedalaman dan kepulauan Indonesia. Pasar Indonesia yang heterogen juga menyulitkan metode riset pasar yang terasah untuk negara-negara maju. Banyaknya jumlah penduduk miskin dan berpendidikan rendah membuat pesan pemasaran harus diadaptasi sesuai tingkat pendidikan mereka. Dalam konteks ini, para pemain lokal sering sudah mendapatkan pengetahuan tersebut secara tacit, sementara para pemain multinasional memerlukan waktu untuk merubah strategi dan paradigma mereka. Kelebihan pemain lokal dan kekurangan perusahaan multinasional tersebut seharusnya dipergunakan secara maksimal oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri.


PEMBAHASAN

Pembuatan tas adalah satu peluang usaha kecil yg saat ini cukup menguntungkan, yaitu memulai usaha kecil menengah dgn memproduksi tas. Perkembangan bisnis fashion yg setiap harinya semakin meningkat, menjadi lahan yg cukup empuk bagi para pelaku usaha dibidang tersebut.

Sasaran Konsumen
Sasaran pasar produsen tas mencakup semua orang, baik wanita maupun pria, anak-anak maupun dewasa, sampai karyawan, pelajar dan mahasiswa. Karena mereka membutuhkan tas untuk bersekolah, kuliah, maupun untuk kerja.

Tahapan  bisnis
Sebelum memulai bisnis ini, penulis mempersiapkan terlebih dahulu modal yg dibutuhkan. Bukan hanya modal uang saja yg dibutuhkan, namun juga modal ketrampilan dalam memproduksi tas. Persiapan selanjutnya yaitu mencari jaringan yg dapat diajak untuk bekerjasama, baik untuk mencari bahan baku, sampai  jaringan pemasaran online dan offline.
Setelah semua persiapan sudah siap, selanjutnya Anda dapat mencari lokasi usaha yg strategis. Misalnya saja lokasi yg dekat dgn sekolah, kampus maupun perkantoran. Dgn mendekatkan usaha tas dgn pasar, secara tidak langsung dapat membantu usaha ini



Selain itu beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai bisnis ini, yaitu :
·                       Bahan baku berupa tas dan sepatu dari bahan kanvas, dengan berbagai macam model (model tas pantovel,tali dsb untuk tas mis. tas selempang, tas jinjing dsb)dan ukuran.
·                       Satu set perlengkapan pembuatan tas.
·                       Berbagai contoh desain gambar tas hasil kreasi anda taupun referensi dari internet atau buku dan majalah.
·                       Lokasi tempat usaha yang strategis seperti mall, daerah dekat kampus dsb.
·                       Perlengkapan untuk work shop seperti rak pajangan dsb.
·                       Merekrut pegawai sebagai pengrajin ataupun penjaga
Setiap memulai usaha baru, kita harus mempunyai strategi agar bisnis kita dapat berkembang. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:
·      Apabila jaringan penjualan kurang luas, dengan kecanggihan teknologi saat ini kita dapat melakukan promosi melalui media internet dan website
·      Mengusahakan setiap konsumen mendapatkan desain yang unik dan special. Dengan desain yang special (hanya dibuat satu) akan membuat konsumen merasa puas memiliki barang yang tidak ada kembarannya.
·      Mnyediakan desain yang diproduksi masal untuk jenis barang dengan harga yang relatif lebih murah untuk variasi pilihan (terutama menyangkut soal harga). Perlu diingat meski diproduksi massal, jumlah produksinyapun perlu dibatasi.
·      Menggunakan label atau merk dagang yang unik sehingga mudah diingat
·      Sebagai ajang promosi, dapat mensponsori acara-acara mahasiswa dikampus dengan menggunakan produk yang penulis produksi.
·      Tampilan akhir (kemasan) produk yang unik dan menarik akan semakin menarik minat konsumen

Analisis SWOT
Lingkungan Internal Lingkungan Eksternal
Strenght (kekuatan):
1.      Terbuat dari bahan yang berkualitas tinggi.
2.      Corak dan desain yang unik dan menarik.
3.      Proses produksi sebagian dikerjakan dengan tangan (handmade) dan menggunakan cara yang masih trandisional sehingga sulit untuk ditiru.
4.      Karena produk unik dan terbatas, maka memiliki pelanggan tetap.
5.      Produk tidak dibuat dalam jumlah yang banyak, sehingga terbatas dan bersifat ekslusif.


Opportunity (Peluang):
1.             Pesaing untuk produk yang sejenis masih sedikit.
2.             Minat masyarakat terhadap perkembangan fashion sangat tinggi.

Weakness (kelemahan):
1.      Karena sebagian produk dibuat dengan tangan, maka proses produksi membutuhkan waktu cukup lama serta harga yang relatif mahal.
2.      Ongkos pengiriman barang yang cukup tinggi karena sebagain produk besar dari luar Bandung dan luar Jawa Barat.
3.      Keterbatasan modal untuk membuka cabang lain.
4.      Tidak dapat memenuhi pesanan dalam jumlah banyak, karena produk dibuat dalam jumlah

terbatas Threat (Ancaman):
1.                  Minat konsumen terhadap pakaian bernuansa etnis relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan pakaian bergaya modern.
2.                  Produsen pakaian modern cepat mengeluarkan model-model baru.

Kelebihan bisnis
Meningkatnya minat konsumen akan produk tas, menjadi salah satu keuntungan bagi bisnis ini. Karena saat ini tas menjadi salah satu kebutuhan wajib dalam berbusana, oleh sebagian besar masyarakat baik pria maupun wanita.

Kekurangan bisnis
Hambatan yg sering dihadapi oleh bisnis ini antara lain melonjaknya harga bahan baku tas, biasanya semakin banyak permintaan tas maka bahan baku pun akan ikut langka dan harganya  melonjak.
Yg menjadi kunci kesuksesan usaha kecil menengah produsen tas,yakni kreatifitas. Kreatifitas dibutuhkan untuk menghasilkan produk tas yg unik dan menarik dgn harga terjangkau. Sehingga produk ini diminati konsumen, dari berbagai golongan.






Analisa Ekonomi

Modal awal

Peralatan Mesin jahit                            Rp 2.000.000,00
Perlengkapan jahit (gunting, jarum, dll)         Rp   500.000,00
Bahan baku awal (kain, benang, resliting, dll)   Rp 3.000.000,00+
Total                                            Rp 5.500.000,00

Biaya penyusutan mesin jahit dan perlengkapan jahit setelah pemakaian satu tahun (12 bulan)
= 1/12 x Rp 2.500.000,00       =          Rp 208.300,00

Biaya operasional per bulan
Sewa tempat per tahun Rp 10.000.000,00
Biaya sewa per bulan = 1/12 x Rp 10.000.000,00    Rp   833.300,00
Bahan baku (kain, benang, dan aksesoris lainnya)  Rp 2.500.000,00
Gaji 1 orang pegawai                              Rp   800.000,00
Plastik kemasan                                   Rp   150.000,00
Listrik dan telepon                               Rp   300.000,00
Transportasi                                      Rp   300.000,00
Biaya penyusutan                                  Rp   208.300,00+
Total                                             Rp 5.091.600,00

Omset per bulan
Penjualan tas per hari @ Rp 50.000,00 x 5 buah  = Rp 250.000,00
Penjualan tas per bulan = Rp 250.000,00 x 30 hr = Rp 7.500.000,00

Laba bersih per bulan
Rp 7.500.000,00 - Rp 5.091.600,00               = Rp 2.408.400,00

BEP
 (modal awal : laba bersih per bulan)            = 2,2 bulan


BAB III

PENUTUP

Jenis usaha yang akan didirikan adalah bisnis pembuatan tas, ide usaha ini menarik terutama bagi para pemuda, disamping produksi fasion dalam hal ini tas tidak pernah mati karena selalu berinovasi sesuai dengan perkembangan zaman dan gaya hiddup, pemasaran produk pun mudah dan gampang ditembus, apalagi jika dengan harga relatif yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Uraian kelemahan produk bukan hambatan dalam merealisasikan kegiatan usaha, namun dengan menggunakan strategi pemasaran dan manajemen produksi yang berkualitas serta didukung dengan pengaturan rencana keuangan yang tepat akan memperjelas bahwasanya bisnis pembuatan tas ini layak untuk dijalankan.


DAFTAR PUSTAKA

1.                  http://mediaindonesia.co.cc/search/lebel/layout+usaha
2.                  http://google.com
3.                  Ibrahim Yacob, H. M.Studi kelayakan Bisnis. Bandung. 2005.
4.                  http://wikipedia.com/layoutpemasaran/html
5.                  Basu Swastha D.H. MBA, Manajemen pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta, 2006
6.                  Gitosudanno, Indriyo, Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta, 2004
7.                  Observasi Jasa Catering.


Minggu, 30 Maret 2014

Tugas bahasa indonesia 2 , BERFIKIR INDUKTIF

BERFIKIR INDUKSI

 Pengertian Induksi

          Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada, maka disebut sebagai sebuah corak berpikir yang ilmiah karena perlu proses penalaran yang ilmiah dalam penalaran induktif.
          Pengertian fenomena sebagai landasan induktif harus diartikan sebagai data maupun sebagai pernyataan-pernyataan yang tentunya bersifat factual. Sehingga induksi dapat berasal dari fenomena yang berbentuk fakta atau berbentuk pernyataan–pernyataan (proposisi-proposisi). Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi yaitu: generalisasi, hipotesa dan teori, analogi induktif, kausal, dll.


Generalisasi

          Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena – fenomena itu. Generalisasi akan mempunyai makna penting, jika kesimpulan yang diturunkan dari fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada semua fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselediki.
          Mengenai data atau fakta dalam pengertian fenomenal individual tadi, selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga , yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif.

Contoh : bila seseorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam-macam tipe kendaraan dengan ciri-ciri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari bermacam-macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi (generalisasi lagi) mengenai kendaraan pengangkut.
Contoh lainnya:
(1)   jika dipanaskan, besi memuai.
(2)   Jika dipanaskan, tembaga memuai.
(3)   Jika dipanaskan, emas memuai.
(4)   Jika dipanaskan, platina memuai
(5)   Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Generalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi loncatan induktif dan bukan loncatan induktif.
1.       Loncatan induktif
          Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada seluruh suatu generalisasi yang jauh melampaui kemungkin yang diberi oleh evidensi-evidensi itu.
           Generalisasi semacam ini menagandung kelemahan dan mudah ditolak kalu terdapat evidensi-evidensi yang bertentangan. Tetapi jika sampel yang dipergunakan itu secara kualitatif kuat kedudukannya, maka generalisasi semacam itu juga akan kuat dan sahih sifatnya, apalagi jika bisa diperbanyak lagi fakta atau evidensi yang menunjang. Bila berdasarkan beberapa orang yang dijumpai suku A masih sangat terkebelakang, maka hal ini merupakan  contoh yang jelas mengenai loncatan induktif.

1.       Tanpa loncatan induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Oleh karena itu, perbedaan antara generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang diperlukan. Sebenarnya generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Bagi orang kebanyakan, generalisasi itu tidak lain dari penambahan setengah sadar akan hal-hal umum berdasarkan pengalamannya dari hari ke hari. Bila suatu waktu ia mendapat hardikan dari atasannya karena membuat kesalahan, maka belum ada sikap yang timbul pada dirinya.
          Tetapi bila peristiwa semacam itu dialaminya berulang-ulang kali, juga dialami oleh kawan-kawan lainnya, maka mau tidak mau akan timbul suatu generalisasi mengenai atasan itu: Atasannya adalah seorang yang kejam. Arus baliknya akan menimbulakan suatu sikap : karena atasan ini seseorang yang kejam, maka jangan membuat kesalahan kecil sekalipun, agar tadak mendapat umpatan dan hardikan yang tidak perlu.
          Proses untuk merumuskan sebuah generalisasi dapat digambarkan dalam skema berikut:
Karena generalisasi itu sering mendahului observasi atas sejumlah peristiwa yang cukup meyakinkan, maka perlu diadakan pengecekan atau evaluasi atas generalisasi tersebut. Pengujian atau evaluasi tersebut terdiri dari:
1.       Harus diketahui apakah sudah cukup banyak jumlah peristiwa yang diselediki sebagai dasar generalisasi tersebut (ciri kuantitatif)
2.       Apakah peristiwa-peristiwa itu merupakan contoh yang baik (sampel yang baik :ciri kualitatifnya) bagi semua jenis peristiwa yang diselidiki? Dengan memilih peristiwa-peristiwa yang khusus, boleh dikatakan bahwa generalisasi itu akan kuat kedudukannya.
3.       Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperhitungkan kekecualian-kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi itu. Kekecualian itu harus diperhitungkan denagn dasar yang rasional dan pemikiran logis.
4.       Perumusan generalisasi itu sendiri juga harus absah


Tugas bahasa indonesia 2 , BERFIKIR DEDUKTIF


BERFIKIR DEDUKTIF

Berpikir adalah berbicara dengan diri sendiri mempertimbangkan, menganalisa dan membuktikan, bertanya mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat dan tepat. Beberapa ahli menyebut cara berpikir dengan istilah top-down (pendekatan induktif) dan bottom-up (pendekatan deduktif). Kedua cara berpikir tersebut diimplementasikan dalam pengembangan ilmu yang berbeda. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme. Pada makalah ini akan dibahas peranan berfikir deduktif dan induktif terhadap ilmu pengetahuan dan matematika.

Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian deduktif :

1) Menurut Jujun S Suriasumantri
            Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. 

2) Menurut Wikipedia
            Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

3) Menurut Diktat Universitas Sumatera Utara
            Deduksi merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data.

4) Menurut Santoso
            Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
   
    Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian deduktif adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.


Pengertian Silogisme 
 
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Sudah tahu kan? hehe, sekarang kita masuk ke Jenis-jenis Silogisme.

Jenis-jenis Silogisme
1.       Silogisme Kategorial
2.       Silogisme Hipotetik
3.       Silogisme Alternatif
4.       Entimen
5.       Silogisme Disjungtif


1.   Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:

Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan

2. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Contoh:

Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)

3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:

Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.